Panggil Saya Amora

Belu, Nusa Tenggara Timur - 2021 | PHOTOGRAPH BY YANTI MESAK

Amora punya banyak keinginan: jadi model, atlet voli dan punya sepasang payudara. Sejak kecil Amora merasa asing dengan tubuhnya. Dia merasa bukan laki-laki. Menginjak masa kuliah, pada usia sembilan belas tahun, barulah dia mulai menunjukkan identitasnya sebagai transpuan. Jalan yang tak terjal, apalagi di tengah keluarganya—yang perlahan menerima.

Amora punya banyak cita-cita. Dia ingin KTP yang mengakui identitasnya sebagai transpuan. Di selembar kartu itu masih tertera nama pemberian ayah dan ibunya: Valguaz Borges. Tapi, mari panggil saja dia, Amora!

Yanti Mesak adalah penulis yang tinggal di Weluli, Belu, Nusa Tenggara Timur.

Amora has many wishes: becoming a model, volley athlete and having a pair of breasts. When he was a child, Amora felt estranged with his body. She doesn’t feel like she’s a man. When she was in university, at 19 years old, she started to show her identity as a trans woman. It’s a rocky road, especially with her family – who is slowly accepting her situation. 

Amora still has a lot to accomplish. She wants to have a legal ID that acknowledges her as a trans woman. She is now known as Valguaz Borges, a name given by her parents, but let’s just call her Amora!

Yanti Mesak is a writer who lives in Weluli, Belu, East Nusa Tenggara.

Scroll to Top