LoveBuzz Season 7

Rana Thamrin, salah seorang dari sedikit transpuan yang bekerja sebagai seorang jurnalis di Indonesia. Episode ini, Asrul ngobrol bareng Rana yang baru merayakan ulang tahunnya. Mereka ngobrol bareng perkara representasi media akan cerita-cerita individu transgender di Indonesia, membuka ruangnya buat transpuan lainnya juga orang-orang yang berada di seberang. Bareng Asrul, Rana juga ngobrolin perkara being in her 30s and dating life.

Party is a political act, and dancefloor is where the movement taking its firt step. Episode ini Asrul ngobrol bareng DJ Barbara Pleaser. Bareng Asrul, Barbara ngobrol perkara tur kecilnya di Asia Tenggara, queer music, party and dancefloor as a queer space, hingga perkara koneksi dan queer joy.

Nurdiyansah Dalidjo merekam perjalanannya memaknai rasa dan aroma Indonesia ke dalam sebuah buku, Rumah di Tanah Rempah. Episode ini Asrul ngobrol bareng Dian perkara bukunya, pengalamannya melihat keberagaman Indonesia, residu kolonialisme hingga perkara makanan.

Migrasi menjadi salah satu pilihan yang terpaksa dilakukan teman-teman keragaman gender dan seksual, dan Bali jadi salah satu tempat yang dituju. Episode ini Asrul ketemu seorang seniman dan antropolog, Asmara S. Wigati di Bali. Bareng Asrul, Asmara ngobrol-ngobrol perkara perjalanannya menjumpai diri dan menuju Bali, maskulinitas dan karya visualnya, komik.

Representasi panseksual dalam media atau budaya populer di Indonesia masih sulit ditemukan. Penulis, Himas Nur, merangkum perjumpaannya dengan beberapa individu panseksual ke dalam sebuah buku “Menjelajahi Diri, Memeluk Intimasi: Kajian Panseksualitas di Indonesia.” Episode ini, Asrul ngobrol bareng Himas perkara bukunya, representasi dan visibilitas serta interseksinalitasnya dengan latar budaya, pendidikan serta sosio-ekonomi.

New York banyak jadi latar cerita dari novel, serial TV hingga Film. Dari Sex and The City, Breakfast at Tiffany’s hingga Paris is Burning, film dokumenter yang fokusnya tentang keberagaman gender dan sexual di New York pada tahun 80an.

Sementara, buat Teddy, New York jadi latar kehidupannya bareng suami setelah menikah di sana. Episode ini Asrul ngobrol bareng Teddy Wismoyo perkara relokasi ke New York, membangun rumah tangga dan menemukan kembali agama dan Tuhan.

 

Membuka ruang dialog jadi penting di Indonesia, lantaran perbedaan dan keberagaman yang dibanggakan nggak melulu dirayakan. Narasi Toleransi, komunitas orang muda yang berfokus pada tafsir progresif lintas iman atas keberagaman SOGIESC, membuka ruang dialog itu untuk memperbincangkan keberagaman itu dengan caranya sendiri. Ini kali Asrul ngobrol bareng Olan dari Narasi Toleransi, mereka berdua ngobrol perkara Narasi Toleransi, merayakan keberagaman hingga ketertarikannya atas tafsir progresif lintas iman atas keberagaman identitas gender dan seksual.

Episode ini Asrul ngobrol bareng penulis I Am That Unicorn – Memoir of an Indonesian Queer, Arozak Salam. Memoir yang berisi rekamannya sebagai seorang imigran di Australia, pencarian jati diri dan perjuangannya menemukan rumah. Bareng Asrul, Ozak juga ngobrol perkara mardi gras, pengalamannya bekerja sebagi perwira marinir (marine officer), unicorn dan boylesque.

Tiktok atau media sosial lainnya bisa jadi ruang buat mengekspresikan diri dan representasi, misalnya keberagaman gender dan seksualitas. Episode ini Asrul ngobrol bareng Indira Inka, soal tiktok, queer bait hingga gaming. Bareng Asrul, Dira juga ngobrol perkara cinta dan cerita cintanya.

Internet bisa jadi ruang yang membebaskan, sebagai ruang publik untuk ekspresi diri. Itu adalah pengalaman yang dibagi Emil Freytama bareng Asrul dalam Love Buzz kali ini. Selain ngobrolin soal internet, Emil juga membagi cerita yang direkam dalam photo story yang masuk dalan kumpulan “See Through My Eyes” yang difasilitasi Transmen Indonesia dan Taufan Wijaya.

Kartini berjuang melawan patriarki lewat pendidikan. Nggak cuma pendidikan, seni juga bisa jadi media perlawanan. Episode ini Asrul ngobrol bareng seorang Seniman muda, Ishvara Devati perkara karya kolaborasinya bareng teman-teman transpuan, Bubbly Bubble Blub Blub Blub. Karya itu jadi bagian dari pameran seni Ruang Rasa yang diselenggarakan Sanggar Swara. Selain itu, Asrul dan Ishvara juga ngobrol perkara pengkaryaannya dan suara-suara keberagaman gender dan seksual dan skena seni Indonesia.

Scroll to Top